May 6, 2008

Pagilaran yang Hijau

Pagilaran merupakan agrowisata kebun teh yang terletak di desa Keteleg, kecamatan Blado, Batang. Dalam sejarahnya, kebun ini didirikan pada tahun 1880 oleh sebuah maskapai milik Belanda. Pada 1922, perkebunan ini dibeli Pemerintah Inggris, dan digabung dengan PT Pemanukan and Tjiasem Land's hingga hak guna usaha-nya habis pada 1964. Pemerintah Indonesia kemudian mengambil-alih menyerahkan pengelolaan perkebunan tersebut kepada Fakultas Pertanian UGM, dengan tujuan peningkatan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sekaligus dijadikan sebagai perusahaan dengan nama PN Pagilaran dan berubah menjadi Peseroan Terbatas. Perkebunan teh yang dirintis sejak 1880 itu terletak di ketinggian 1.000 meter sampai 1.500 meter di atas permukaan air laut. Kabut sering datang, menutup sinar matahari. Suhu rata-rata pada siang hari di kawasan itu 21 derajat sampai 25 derajat Celsius, dan turun menjadi rata-rata 15 derajat sampai 18 derajat Celsius pada malam hari.

Selain sebagai perkebunan teh, pagilaran juga di jadikan obyek wisata pemadangan yang indah dan memukau mata. Seolah-olah kita dihadapkan dengan dunia fantasi yang tidak kalah bagusnya dengan obyek wisata pegunungan lain. setiap masuk kita dikenakan restribusi sebesar 1000 rupiah per orang. Di pagilaran kita juga dapat membeli teh hasil olahaan yang sudah jadi dan siap di sajikan kapan saja. Selain teh juga ada pernak-pernik kerajinan tangan serta kaos yang bertuliskan kebun teh pagilaran.

Selain itu ada beberapa objek pendukung seperti Curung Binorong dan Curung Kembar, hamparan cengkeh di sepanjang lereng pegunungan, objek peninggalan sejarah seperti rumah peninggalan Belanda, kopel, kereta gantung, dan bak air Sijegang.Sebagaian kecil kebesaran Illahi di AKTP bisa dinikmati dari mulai matahari terbit hingga matahari terbenam. Untuk melihat suasana indah saat matahari terbit bagi pengunjung yang menginap harus bersedia bangun pagi (04.00), karena untuk bisa menyaksikannya tempat paling cocok adalah di puncak tertinggi di lokasi Kayu Landak.

Untuk menuju Kayu Landak dibutuhkan waktu antara 30 menit hingga 90 menit. 30 menit bagi yang berkendaraan dan 1 jam 30 menit untuk yang berjalan kaki. Untuk rute perjalanan menuju Kayu Landak bisa melintasi jalan utama yang digunakan bagi kendaraan pabrik untuk mengankut teh setelah dipetik atau melalui jalan setapak yang biasa dilalui pemetik teh.Segala capek penat setelah berkendaraan dan berjalan menuju puncak Kayu Landak akan terbayar dengan keindahan yang memukau saat mentari menyapa bumi di puncak tertinggi Provinsi Jateng ini. Saat itu pula burung pentet, kutilang dan berbagai serangga saling bersahutan menyambut datangnya sang pagi.

Bagi pengunjung yang tidak menginap di lokasi ini atau yang datang siang hari, setelah melakukan tiwok, janganlah terburu untuk pulang. Atraksi alam lain dari Sang Khalik pun bisa disaksikan di tempat yang sama. Kalau di pagi hari tidak bisa menyaksikan matahari terbit, di puncak ini pula di sore hari mentari yang turun keperaduan bisa disaksikan. Lengkap sudah perjalanan wisata di AKTP, cobalah untuk datang dan menikmatinya.